Sabtu, 06 Februari 2010

Papua Barat


Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat, yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.

Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua.

Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya tanggal 5 April 2004.

Provinsi ini mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata. Mutiara dan rumput laut dihasilkan di kabupaten Raja Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut kain Timor dihasilkan di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di kabupaten Fak-Fak serta beragam potensi lainnya. Selain itu, wisata alam juga menjadi salah satu andalan Irian Jaya Barat, seperti Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini membentang dari timur Semenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.

Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di kawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.


Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Fakfak/ Fakfak
2 Kabupaten Kaimana/ Kaimana
3 Kabupaten Manokwari/ Manokwari
4 Kabupaten Maybrat/ Kumurkek
5 Kabupaten Raja Ampat/ Waisai
6 Kabupaten Sorong/ Sorong
7 Kabupaten Sorong Selatan/ Teminabuan
8 Kabupaten Tambrauw/ Fef
9 Kabupaten Teluk Bintuni/ Bintuni
10 Kabupaten Teluk Wondama/ Rasiei
11 Kota Sorong -


Catatan:

Dasar hukum :
UURI Tahun 1999 Nomor 45 dan PP Tahun 2007 Nomor 24

Tanggal penting: 4 Oktober 1999

Ibu kota : Manokwari

Gubernur : Abraham Octavianus Atururi

Luas: 97.024,27 km²

Penduduk: 690.349 (2007)

Kepadatan: 7 jiwa/km2

Kabupaten : 8

Kota : 1

Agama :
Kristen (50,7%),Islam (41,3%),Katolik (7,7%),Hindu (0,1%),Buddha(0,1%),Konghucu (0,1%),dll

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat

Sejarah Papupa Barat


Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Berdirinya Provinsi Papua Barat juga mendapat dukungan dari Surat Keputusan DPRD Provinsi Papua Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Papua menjadi tiga provinsi.

Setelah dipromulgasikan pada tanggal 1 Oktober 1999 oleh Presiden B.J. Habibie, rencana pemekaran Provinsi Papua menjadi tiga provinsi ditolak warga Papua di Jayapura dengan mengadakan demonstrasi akbar pada
tanggal 14 Oktober 1999. Sejak saat itu pemekaran provinsi ditangguhkan, sementara pemekaran kabupaten tetap dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315, pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi sebuah provinsi yang definitif. Dalam perjalanannya, Provinsi Irian Jaya Barat mendapat tekanan keras dari induknya Provinsi Papua hingga ke Mahkamah Konstitusi melalui uji materiil. Mahkamah Konstitusi akhirnya membatalkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 yang menjadi payung hukum Provinsi Irian
Jaya Barat. Namun Provinsi Irian Jaya Barat tetap diakui keberadaannya.

Provinsi Irian Jaya Barat terus membenahi diri dengan terus melengkapi sistem pemerintahannya, walaupun di sisi lain dasar hukum pembentukan provinsi ini telah dibatalkan. Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintahan, anggaran, anggota DPRD, akhirnya Provinsi Irian Jaya Barat menjadi penuh ketika memiliki gubernur dan wakil gurbernur definitif Abraham Octavianus Atururi (Brigjen Marinir Purn.) dan Drs. Rahimin Katjong, M.Ed yang dilantik pada tanggal 26 Juli 2006. Sejak saat itu, pertentangan selama lebih dari 6 tahun sejak Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 dikumandangkan dan pertentangan sengit selama 3 tahun sejak Inpres Nomor 1 Tahun 2003 dikeluarkan berakhir dan Provinsi Irian Jaya Barat mulai membangun dirinya secara sah. Dan sejak tanggal 6 Februari 2007 Provinsi Irian Jaya Barat berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat.

Pada awal terbentuk, Provinsi Papua Barat terdiri dari tiga kabupaten induk, lima kabupaten pemekaran dan satu kotamadya, yakni :

1. Kabupaten Fakfak dengan luas 14.320 Km2.
2. Kabupaten Kaimana dengan luas 18.500 Km2.
3. Kabupaten Teluk Wondama dengan luas 4.996 Km2.
4. Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 18.658 Km2.
5. Kabupaten Manokwari dengan luas 14.448,5 Km2.
6. Kabupaten Sorong Selatan dengan luas 29.811 Km2.
7. Kabupaten Sorong dengan luas 18.170 Km2.
8. Kabupaten Raja Ampat dengan luas 6.084,5 Km2.
9. Kotamadya Sorong dengan luas 1.105 Km2

Sumber :
http://papuabarat.com/contents/sejarah.php

Sumber Gambar:
http://semenpapuabarat.com/main.php?module=home

Peta Papua Barat


View Larger Map

Pesona Raja Ampat

Raja Ampat Gelar Festival Bahari 2-9 Mei


Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat sepertinya ingin tetap mempertahankan pamornya sebagai kawasan bahari yang kaya akan potensi alam, budaya, dan seni. Pada ulang tahun Kabupaten Raja Ampat ke-7, pemda setempat menggelar Festival Bahari pada 2-9 Mei 2010.

Masih banyak atraksi khas yang mungkin baru pertama kali dipertontonkan.

Ketua Panitia Festival Bahari, Becky Rahawarin, Rabu (27/1/2010) kepada Kompas, mengatakan Festival Bahari digelar di sekitar ibu kota kabupaten di Waisai, sekitar 3 jam menumpang speedboat dari Kota Sorong. Festival ini mengundang kabupaten lain di Papua yang memiliki pantai untuk berpartisipasi. Selain itu, kabupaten tetangga seperti Wakatobi juga turut diminta memeriahkan kegiatan ini.

Beberapa rincian festival yaitu Lomba Foto Bawah Laut, Lomba Perahu Dayung, orientasi bawah air, olahraga pantai seperti voli dll, dan atraksi budaya lokal. Atraksi budaya lokal akan ditampilkan oleh masyarakat Raja Ampat dan peserta dari kabupaten lain.

Khusus Raja Ampat, Becky mengatakan masyarakat setempat siap mempertontonkan perahu tradisionalnya yang digunakan nenek moyangnya untuk mengarungi lautan. Masyarakat Raja Ampat juga akan mempertontonkan kebiasaan mengonsumsi buah mangrove. "Masih banyak atraksi khas yang mungkin baru pertama kali dipertontonkan," ujarnya berpromosi.

Becky yang juga Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Raja Ampat ini mengakui Waisai tidak memiliki banyak tempat penginapan di daratan. Namun, panitia berusaha menyediakannya melalui kerja sama dengan operator-operator kapal, semacam live aboard sebagai hotel terapung.

Usai menikmati festival, lanjut Becky, wisatawan dapat melanjutkan kunjungan dengan mendatangi berbagai lokasi wisata alam Raja Ampat yang terkenal sebagai untaian jamrud di Papua. Ini karena Raja Ampat terdiri dari ratusan pulau-pulau kecil.

Festival Bahari Raja Ampat diagendakan menjadi kegiatan tahunan untuk meningkatkan arus wisatawan. Saat ini, di Papua terdapat Festival Lembah Baliem di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Festival Asmat, Festival Kamoro di Timika, dan Festival Danau Sentani di Jayapura.


Sumber :
http://travel.kompas.com/read/2010/01/27/17141958/Raja.Ampat.Gelar.Festival.Bahari.29.Mei
27 Januari 2010

Foto : KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Selayang Pandang Kota Sorong


Walikota Sorong : Drs. J. A. Jumame, M.M.
Wakil Walikota Sorong: Baesara Wael, M.M.

Profil Singkat :

Nama Sorong berasal dari kata soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang daIam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama " Daratan Maladum" dengan sebutan SOREN yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa, Misionaris clad Eropa, Maluku dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong. Kota Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para surveyor minyak bumi dari Belanda pada tahun 1908. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu kota dengan Atribut peninggalan sejarah Heritage Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij (NNGPM) atau kota yang penuh dengan sisa-sisa peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda.

Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan Kota Persinggahan. Kota Sorong juga rnerupakan Kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten - Kabupaten yang mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.

Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun daIam perkembangannya telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan statusnya rnenjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong. Kemudian pada tanggal 12 Oktober 1999 bertempat di Jakarta dilaksanakan pelantikan Pejabat Walikota Sorong Drs. J. A. Jumame dan selanjutnya secara resmi Kota Sorong terpisah dari Kabupaten Sorong pada tanggal 28 Februari 2000..

Kota Sorong disamping sebagai Kota persinggahan dan pintu gerbang Provinsi Papua, Kota Sorong juga sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Jasa. Perpaduan nilai-nilai peninggalan sejarah dan keaslian alami serta keunikan Kota Sorong yang memiliki Water Front View atau Kota dengan pemandangan laut serta perpaduan panorama, bentangan alam Pulau Waigeo, Batanta dan Salawati yang merupakan satu gugusan kepulauan Raja Ampat. Serta fasilitas jasa pelayanan umum, yang cukup lengkap memberikan kesan dan daya tarik kepada pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman baru setelah berwisata ke Kota Sorong yang terkenal dengan NNGPM ( Nederlands Neauw Guinea Petroleum Matschcapeij) atau kota yang penuh dengan sisa-sisa Peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda. Perusahaan NNGPM muIai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak Tahun 1935. Peninggalan bersejarah perusahaan tersebut adalah Pelabuhan Eksport Minyak Bumi, beberapa tangki penampung minyak, rumah tinggal karyawan, bekas barak karyawan. Bekas sekolah teknik (Voc School).

Geografis :

Secara geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51' BT dan 0° 54' LS dengan luas wilayah 1.105 km2. . Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar 23, 1 ° C dan suhu udara maximum sekitar 33, 7 ° C. Curah hujan tercatat 2.911 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun . Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84 %.

Batas-batas wilayah Kota Sorong:

Sebelah Barat : Selat dampir
Sebelah Selatan : Distrik Aimas dan Distrik Salawati Kabupaten Sorong serta Wilayah Kabupaten Raja Ampat
Sebelah Utara : Distrik makbon Kabupaten Sorong dan Selat Dampir
Sebelah Timur : Distrik makbon Kabupaten Sorong

Topografi Wilayah :

Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi hutan lebat yang merupakan hutan lindung dan hutan wisata. Keadaan geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung, batu kaIi, sirtu, pasir, tanah urug dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik merah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong Timur. Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan sungai Klabtin.

Wisata :

Fasilitas penunjang wisata lainnya tahun 2003 adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah. Juga pulau Dofior yang terdapat Tugu Selamat Datang di Kota Sorong dengan menggunakan bahasa Moi ( suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Dofior yang terkenal dengan pemandangan panorama lout dan keindahan alam menjelang senja.

Wilayah Pemerintahan :

Secara administratif, Kota Sorong terdiri dari 5 (lima) distrik (kecamatan), yaitu Distrik Sorong Timur, Distrik Sorong Utara, Distrik Sorong, Distrik Sorong Barat dan Distrik Sorong Kepulauan. Serta terdiri dari 22 Kelurahan yang tersebar pada lima distrik di atas.

Penduduk :

Pada tahun 2006 jumlah penduduk di Kota Sorong tercatat sebanyak 157.568 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 tercatat 163.843 jiwa, dan tahun 2008 telah mencapai 172.855 jiwa. Tercatat laju pertumbuhan penduduk sebesar 5,5% per tahun.


Sumber :
http://sorongkota.bps.go.id/index.php/in/ks.html

Sumber Gambar:
http://sevilla99.wordpress.com/2009/04/25/sorong-di-tahun-1959-masih-dalam-kekuasaan-belanda/

Profil Kabupaten Sorong


Kabupaten Sorong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat ini beribukota di Aimas, memiliki luas wilayah 18.170 Km2, daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Raja Ampat di sebelah utara dan barat, Kabupaten Sorong Selatan di sebelah selatan, Kabupaten Manokwari di sebelah timur, secara geografis terletak di 00o56 LS dan antara 131o07 BT.

Julukan Kota Minyak yang melekat sejak tahun 1947 menjadi salah satu bukti bagaimana kota ini sejak dulu telah berperan sebagai home base bagi perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di wilayah Kabupaten Sorong.

Peran Kota Sorong sebagai pintu gerbang juga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. Pelabuhan laut dan udara menjadi faktor penting dalam membuka peluang investasi. Kaitannya menjadi luas mencakup berbagai sektor, mulai dari sektor industri sampai pertanian, termasuk di dalamnya sektor perikanan.

Sektor ini memang mendapat perhatian khusus. Sarana pelabuhan perikanannya terbilang lengkap karena adanya dermaga perikanan milik swasta, yakni dermaga PT Wifi dan PT Citra Raja Ampat Canning. Belum lagi pangkalan pendaratan ikan yang dilengkapi dengan gudang dan tempat pelelangan, sarana cold storage, serta pabrik es. Ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang penangkapan udang, pengolahan ikan kaleng, perusahaan pengolahan ikan kayu, perusahaan pengumpulan hasil perikanan, perusahaan penangkapan ikan tuna/cakalang.

Erat kaitannya dengan sektor industri pengolahan adalah sektor perdagangan. Didukung oleh sarana perdagangan yang memadai seperti pasar umum, keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa.

Di Kota ini juga terdapat duah buah Bandara utama yaitu Bandara Jefman dan Bandara ayawasi yang terletak di Sorong.


Sumber Data:
Irian Jaya Barat Dalam Angka 2006
BPS Prov. Irian Jaya Barat

Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/displayprofil.php?ia=9206

Pembentukan Kabupaten Tambrauw Konstitusional

Permohonan uji materiil UU Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw yang diajukan oleh lima masyarakat Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, dikabulkan sebagian oleh Mahkamah Konstitusi (MK).

"Mahkamah berpendapat bahwa permohonan para pemohon beralasan dan karenanya UU Nomor 56 Tahun 2008 dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945," kata hakim Konstitusi, Ahmad Sodiki, dalam sidang putusan di Gedung MK, Jakarta, Senin (25/1).

Dalam pertimbangannya, Mahkamah menilai bahwa aspirasi pembentukan Kabupaten Tambrauw merupakan hak konstitusional warga masyarakat adat dari distrik-distrik di dua kabupaten, yakni Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong.

"Kedua kabupaten ternyata telah diajukan dengan memenuhi syarat-syarat dan mekanisme yang secara konstitusional maupun secara hukum," ungkap Sodiki.

Ia mengungkapkan, dalam pasal 3 ayat (1) yang menetapkan cakupan wilayah dari Kabupaten Tambrauw dan pasal 5 ayat (1) yang juga mentetapkan batas wilayah, tidak memasukkan distrik Amberbaken, Kebar, Senopi dan Mubrani dari Kabupaten Manokwari serta Distrik Moraid dari Kabupaten Sorong.

"Dengan demikian berdasarkan fakta hukum tersebut, pembentukan UU telah mengabaikan aspirasi masyarakat untuk menyatukan wilayah mereka," tambahnya.

Sehingga, Mahkamah memutuskan untuk mengabulkan permohonan pemohon dengan menggabungkan cakupan wilayah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong menjadi 11 distrik.

"Dari cakupan wilayah Kabupaten Manokwari dan satu distrik dari Kabupaten Sorong, maka cakupan wilayah dalam kabupaten Tambrauw menjadi terdiri atas Distrik Fef, Distrik Miyah, Distrik Yembun, Distrik Kwoor, Distrik Abun, Distrik Sausapor, Distrik Moraid, Distrik Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Senopi dan Mubrani," jelasnya.

Sementara itu, dalam pertimbangannya, Mahkamah juga menambah satu distrik yakni Distrik Kwoor meskipun pemohon tidak menambahkan dalam petitumnya, Mahkamah menilai distrik tersebut sebagai wilayah kantong.

"Meskipun permohonan pemohon tidak menyebut Distrik Kwoor, Mahkamah berpendapat Distrik Kwoor yang merupakan pemekaran Distrik Fef akan menjadi wilayah enklave atau wilayah kantong yang berada di tengah wilayah Kabupaten Tambrauw jika tidak dimasukkan menjadi bagian wilayah Kabupaten Tambrauw," paparnya.

Pemohon memohon uji materiil Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi "Kabupaten Tambrauw berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Sorong yang terdiri atas cakupan wilayah: Distrik Fef, D. Miyah, D. Yembun, D. Kwoor, D. Sausapor dan D. Abun."

Sementara, pasal 5 ayat (1) berbunyi "Kabupaten Tambrauw mempunyai batas-batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan lautan passifik, sebelah timur berbatasan dengan distrik Sidey kabupaten Manokwari, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sorong Selatan, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sorong". Yakni, D. Amberbaken, D. Kebar, D. Mubrani, D. Senopi dan D. Moraid. (aka)


Catatan :

Kabupaten Tambrauw adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Fef.

Dasar hukum pembentukan kabupaten ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 56. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Penunjukan pejabat bupati sementara dilakukan pada tanggal 15 April 2009 di Jakarta, dengan menunjuk Menase Paa sebagai pejabatnya.


Daftar Distrik

Kabupaten Tambrauw dibentuk dari sebagian bekas wilayah Kabupaten Sorong, yaitu:

Abun
Fef
Kwoor
Miyah
Sausapor
Yembun

Batas Wilayah

Utara : Samudera Pasifik
Selatan : Aifat Utara, Mare, Sawiat
Barat : Sayosa, Moraid
Timur : Amberbaken, Senopi


Ibu kota : Fef
Luas : 5.179,65 km²
Penduduk :
· Jumlah 29.119 (2007)
· Kepadatan 5,6 jiwa/km²
Pembagian administratif :
· Kecamatan 6 distrik
· Desa/kelurahan -
Dasar hukum : UURI Tahun 2008 Nomor 56
Tanggal 26 November 2008
Bupati : Menase Paa (Pjs.)


Sumber :
Ilma Hairinasari
http://www.primaironline.com/berita/detail.php?catid=Peradilan&artid=pembentukan-kabupaten-tambrauw-konstitusional
25 Januari 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tambrauw

Kabupaten Sorong Selatan

Kabupaten Sorong Selatan adalah sebuah kabupaten di Papua Barat, Indonesia. Luas daratannya adalah 9.408,63 km². Pada tahun 2007, kota ini mempunyai penduduk sejumlah 48.750 jiwa. Ibu kotanya adalah Teminabuan.

Pada 27 Oktober 2008 keluarlah Keputusan Bupati Sorong Selatan Nomor 133 Tahun 2008 tentang Penyerahan Sebagian Cakupan Wilayah Bawahan Kabupaten Sorong Selatan ke Kabupaten Sorong, wilayah yang diserahkan terdiri atas 11 (sebelas) distrik, yaitu :

Distrik Aifat
Distrik Aifat Utara
Distrik Aifat Timur
Distrik Aifat Selatan
Distrik Aitinyo Barat
Distrik Aitinyo
Distrik Aitinyo Utara
Distrik Ayamaru
Distrik Ayamaru Utara
Distrik Ayamaru Timur
Distrik Mare

Pada 16 Januari 2009 disahkanlah UURI Tahun 2009 Nomor 13 tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Sorong. Adapun komposisi distrik bawahannya adalah tepat sama dengan komposisi distrik di atas. Ini terjadi karena pemekaran dari Kabupaten Sorong Selatan belum memenuhi syarat teknis dan legalitas, jadi upaya percepatan berupa pemindahan kembali 11 distrik calon distrik Kabupaten Maybrat untuk sementara waktu ke kabupaten induknya, dan dilanjutkan dengan proses pembentukan Kabupaten Maybrat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong, bukan dari Kabupaten Sorong Selatan.


Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sorong_Selatan

Pariwisata Sorong Selatan

Kabupaten Sorong Selatan memiliki potensi pariwisata alam yang patut dikunjungi karena keindahannya. Beberapa tempat yang dapat menjadi tujuan utama wisata antara lain panorama Danau Ayamaru dan Uter di Aitinyo yang begitu memesona, Kali Wensi di Ayamaru juga menawarkan pemandangan yang tak kalah indahnya.

Distrik Teminabuan juga menawarkan berbagai pesona keindahan alam seperti Air Terjun Kohin, Hutan Wisata Bariat serta Kali Sembra. Begitu juga dengan wisata pemancingan yang terdapat di muara Waigo dan konda.

Sorong Selatan juga memiliki objek wisata sejarah seperti Tugu Pendaratan Trikora yang terletak di Teminabuan. Sektor parwisata ini didukung dengan fasilitas yang akan menambah kenyamanan kunjungan wisatawan, yaitu dua buah hotel yang ada di Teminabuan serta 3 penginapan yang terdapat di distrik Teminabuan, Inanwatan, dan Ayamaru.

Sumber :
http://sorongselatankab.go.id/potensi.php?idp=11

Sekilas Sorong Selatan

Kabupaten Sorong Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Irian Jaya Barat. Daerah ini merupakan pemekaran yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002 dengan ibukota di Teminabuan. Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 14 Distrik yang meliputi 210 Kampung dan 3 Kelurahan. Jumlah penduduk pada bulan Januari 2007 sebanyak 105.385 jiwa. Komposisi penduduk masih relatif homogen, heterogen hanya pada ibukota kabupaten. Prosentase penduduk orang asli Papua sekitar 90%, sisanya adalah pendatang dari suku Bugis Makasar, Buton, Ambon, Jawa, dan suku-suku lainnya.
Secara administratif, letak Kabupaten Sorong Selatan berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sorong;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Manokwari;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Maluku;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sorong.

Sedangkan secara geografis, Sorsel terletak pada 01°00'- 02°30' LS dan 131°00' - 133°00' BT, dan berada pada ketinggian 0–1.362 m dpl. Daerah terendah berada di sepanjang garis pantai Laut Seram yang meliputi wilayah Distrik Kokoda, Inanwatan, Teminabuan, Kais dan Seremuk, sedang daerah tertinggi berada di Distrik Aifat Timur. Ibukota Kabupaten Sorong Selatan, yaitu Kota Teminabuan terletak pada ketinggian 40 m dpl.

Karakteristik wilayah bervariasi, yaitu: dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan dan lereng-lereng (pedalaman, ± 65%) serta dataran rendah, rawa-rawa, dan pantai (35%). Penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Daerah pegunungan; tersebar di distrik: Ayamaru, Ayamaru Timur, Mare, Aifat, Aifat Timur sebagian Aitinyo dan Sawiat.
b) Daerah dataran rendah; tersebar di distrik: Teminabuan, Seremuk (sebagian), Wayer, Moswaren, sebagian Aitinyo.
c) Daerah pantai dan rawa, tersebar di distrik : Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian Seremuk.

Sumber :
http://sorongselatankab.go.id/profil.php?idpf=1

Sejarah Kabupaten Manokwari

Catatan sejarah tentang Irian Jaya dimulai pada abad ke VII. Pada abad tersebut diberitakan bahwa para pedagang Sriwijaya telah sampai didaerah ini dan menyatakan bahwa irian Jaya termasuk wilayah Kerajaan Sriwijaya yang mereka beri nama Janggi.
Keterangan tersebut dapat perdagangan dan pusat Agama Budha yang berhubungan dengan bangsa Cina dan India.

Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Irian Jaya untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih.
Buku tahunan Cina menyebutkan bahwa Raja Sriwijaya yang bernama Maharaja Sriwijaya yang bernama Maharaja Sri Indrawarman telah mengirim utusannya ke Kaisar Cina dan Mempersembahkan bulu – bulu burung yang indah..

Sementara itu seorang musafir Cina yang bernama Chon You Kwa menulis,bahwa diKepulauan Indonesia sekarang terdapat suatu daerah yang bernama Tungki dan merupakan bagian dari Maluku. Kalau nama Tungki itu dipakai untuk menyebut nama jenggi, maka hal tersebut memperkuat keterangan tentang adanya hubungan Irian Jaya dengan Kerajaan Sriwijaya...
Didalam Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca ( 1365) Irian Jaya adalah termasuk wilayah Majapahit atau Majapahit kedelapan.

Didalam syair ke XIV didapat kata-kata Ewanim yang menurut beberapa sarjana bahasa merupakan sebutan untuk Onim, sedangkan Sien untuk Kowiai yang kedua – keduanya terletak di Teluk Bintuni Kabupaten Manokwari. Dan ini membuktikan bahwa suku – suku bangsa di Irian Jaya sejak dahulu sudah mempunyai hubungan dengan suku –suku bangsa di bagian barat, yaitu Kerajaan Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku.

Suatu keterangan yang dapat menunjukkan bahwa Irian Jaya pernah merupakan daerah kekuasaan Sultan Tidore dan Bacan sebagaimana yang dikatakan oleh Koentjaraningrat dan Prof.Dr.Harsya W.Bachtiar dalam penelitiannya yang diungkapkan didalam buku yang berjudul : “ Penduduk Irian Barat “ bahwa pertemuan pertama antara orang – orang pribumi Irian Barat dengan orang – orang dari luar daerah terjadi ketika Sultan Tidore berusaha memperluas wilayah Jajahannya.

Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Daerah tersebut meliputi Pulau – pulau Raja Ampat wilayah Kabupaten Sorong sekarang, serta daerah Fakfak dan sepanjang pesisir Teluk Bintuni Wilayah Kabupaten Manokwari sekarang.

Untuk memperlancar jalannya roda Pemerintahan, Sultan Tidore mengangkat empat orang tokoh sebagai raja/korano yang memerintah penduduk di daerah mereka masing – masing atas nama Sultan Tidore.. Hubungan kekuasaan Pemerintahan antara Kerajaan Todore dengan daerah –daerah kekuasaannya, ditandai dengan kewajiban membayar pajak setiap tahunnya kepada kerajaan Tidore, melalui raja – raja atau korano – korano yang diangkat oleh Sultan.

Bangsa Barat yang mula – mula melihat Pantai Utara adalah dua Orang pelaut Portugis Antonio D. Anease dan Fransisco Sorreano pada Tahun 1511, dalam pelayarannya mencari rempah – rempah, namum mereka tidak mendarat dipantai itu, dia menamakan pulau ini dengan Papua. Kata Papua berasal dari bahasa Melayu Kuno “ Papuwah “ yang berarti Orang berambut keriting. Orang Pertama yang memberi nama New Guinea pada Pulau Irian adalah Ynigo Ortis de Retes, ketiak ia berlabuh dimuara sungai Memberamo di Pantai Utara Iraian. YnigoOrtis de Retes tersebut dalam peta abad ke XVI dalam bentuk latin yaitu : “ Nova Guinea “ dan dalam Peta Belanda : Nieuw Guinea “

Dalam catatan sejarah penamaan Papua dan New Guinea biasaa dipakai bersama – sama.

Nama Irian diusulkan oleh Frans Kaisepo dalam Konfersnsi Malino Pada tahun 1946, dan nama ini kemudian dipakai oleh bangsa Indonesia sampai sekarang.

Namun sampai abad ke XIX Daerah Irian Jaya masih dianggap sebagai wilayah gelap, karena penduduknya masih kafir dan menyembah kepada berhala – berhala yang telah berakar berabad – abad lamanya.

Diantara sekian banyak bangsa – bangsa yang pernah dating ke Irian Jaya, bangsa Belandalah yang kemudian berhasil menguasainya. Dengan kedudukannya yang kuat serta system monopolinya di Indonesia, VOC kemuadian berhasil mengusir orang – orang Eropa lainnya dari Irian.

Usaha Belanda untuk menguasai wilayah Irian Jaya pertama kali kelihatan, ketika diresmikannya pendirian benteng “ Fort du Bus “ di Teluk Triton dikaki gunung Lumenciri tepatnaya dikampung Lobo desa Lobo Kecamatan Kaimana Kabupaten fakfak. Pada kesempatan itu Komisaris Pemerintahan Kerajaan Belanda A.J. Van Delden, membacakan suatu pernyataan yang dikenal dengan “ Proklamasi Fort du Bus “ pada tanggal 24 Agustus 1898.

Adapun isi daripada Proklamasi tersebut antara lain bahwa daerah Nieuw Guinea dengan daerah pedalamannya dimulai pada garis 140 BT dipantai Selatan terus kearah Barat, Barat daya dan Utara sampai ke semenanjung Goede Hoop diPantai Utara kecuali daerah Mansari, Karondefer, Ambarpura dan Amberpon yang dimiliki SultanTidore dinyatakan sebagai milik Belanda.

Karena pengaruh kekuasaan Belanda lebih kuat dari kesultanan Tidore atas Irian Jaya, maka terpaksa Sultan Tidore menerima kehendak Belanda dengan suatu perjanjian penyerahan wilayah berbentuk “ Korte Verklaring “ pada tanggal 3 Juni 1909.

Sekalipun sejak tahun 1998 Irian Jaya sudah dianggap sebagai daerah jajahan Belanda, namun kekuasaan yang sesungguhnya baru terwujud pada akhir abad ke XIX. Semula Belanda mengabaikan daerah ini, karena dianggap kurang menguntungkan. Tetapi setelah timbul ancaman serta saingan – saingan dari orang – orang Amerika serta orang Eropa lainnya dalam usaha memperluas daerah jajahannya masing – masing mulailah Belanda memusatkan perhatiannya secara susungh-sungguh kepada daerah Irian Jaya.

Untuk memantapkan pemerintahan Hindia Belanda diwilayah irian Jaya ini, maka dibentuklah pos pemerintahan yang pertama berkedudukan di Manokwari. Dengan demikian kota Manokwari selain sebagai kota pertama masuknya Injil di Irian Jaya, juga sebagai embrio pertama sejarah pemerintahan diwilayah Iran Jaya, dan selanjutnya ke Fak-Fak. Kedua pos pemerintahan tersebut diatas masih langsung dibawahi oleh Keresidenan Maluku yang berkedudukan di Ambon.
Dalam perkembangan selanjutnya, kedua pos pemerintahan tersebut ditingkatkan statusnya menjadi afdeling, yaitu:

Afdeling Noord Nieuw Guinea, (Irian Jaya Bagian Utara) beribu kota di Manokwari yang meliputi wilayah Sorong sampai Jayapura.

Afdeling West Nieuw Guinea ( Irian Jaya Bagian Barat ) yang beribu kota di Fakfak, meliputi wilayah yang terbentang dari Fakfak sampai Merauke.

Setelah kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan suatu “ Wilayah Hukum Negara” yang meliputi bekas wilayah jajahan kerajaan Belanda (Hindia Belanda) maka sejak saat itu secara syah dan diakui oleh dunia luar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke.

Dalam kenyataan sejarah ternyata lain, sebab daerah Irian Jaya ternyata tetap dikuasai oleh pemerintah Belanda, walaupun melalui beberapa kali perjanjian sampai dengan Komprensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949di Den Haag Negeri Belanda dan sebagai hasilnya Indonesia menerima pengaturan sementara kedudukan Irian Barat (Iran jaya) oleh Belanda untuk jangka waktu satu tahun. Dan ketentuan ini ternyata tak dipenuhi oleh Pemerintah, dimana Irian Jaya tetap tidak dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia.

Namun perjuangan untuk mengembalikan Irian jaya antara tahun 1950 dan 1953 terus dilakukan, terutama melalui meja perundingan secara bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia – Belanda. Setelah usaha – usaha tersebut terbukti membawa hasil, maka sejak tahun 1953 perjuangan Pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum – forum internasional,terutama PBB dan Forum Solidaritas Asia = Afrika seperti Konferensi Asia – Afrika.

Usaha – usaha dibidang diplomasi tersebut ternyata tidak membawa hasil, sehingga Pemerintah mulai mengambil sikap yang keras terhadap Belanda. Pembatalan Uni Indonesia – Belanda pada Tahun 1954 diikuti pembatalan secara sepihak persetujuan KMB oleh Indonesia pada tahun 1956.

Perjuangan untuk mengembalikan Irian Jaya kini didasarkan pada kekuatan rakyat Indonesia sendiri. Dari hasil perjuangan ini pula melahirkan Undang – undang Nomr 15 Tahun 1956, tentang pembentukan Propinsi Irian Barat perjuangan oleh Kabinet Ali Satroamidjojo, Moh.Roem dan Idam Chalik.

Peresmian pembentukan Propinsi Irian Barat perjuangan dilakukan bertepatan dengan hari Ulang Tahunkemerdekaan RI yang ke 39 pada tanggal 17 Agustus 1956, meliputi wilayah Irian Barat yang masih diduduki Belanda dan Daerah Tidore, Oba, weda, Pa tani, serat Zainal Abdin Syah, yang berkedudukan di Soasiu dan pelantikannya pada tanggal 23 September 1956.

Pembentukan Propinsi perjuangan ini lebuh dititik beratkan atas dasar administrasi, dan mendapat dukungan dari seluruh rakyat Indonesia. Untuk lebih mempertegas bahwa Irian Barat merupakan bagian dari pada Negara Republik Indonesia, maka diberi kesempatan kepada raktay Irian Barat untuk ikut serta dalam pemerintahan.

Maka pada bulan Agustus 1956 Pemerintah Republik Indonesia mengangkat 3 Orang anggota DPR sebagai wakil dari rakyat Irian; mereka adalah : Silas Papare, Mohamad Padang dan A.B. Karubuy. Namun demikian Propinsi Irian Barat perjuangan ini, walaupun mempunyai aparatur pemerintahan berupa Gubernur Kepala Daerah, Dewan Pemerintah dan jawatan – jawatan lainnya, tetap tinggal melempen sampai akhir hidupnya.

Perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat belummembawa hasil apa- apa, karena Belanda secara menyolok mendirikan “ Dewan Papua “ pada tanggal 5 April 1961 yang kemudian disusul dengan pembentukan “ Negara Papua Merdeka “ terlepas dari Negara Republik Indonesia.

Maka terpaksa pemerintah Indonesia meningkatkan konfrontasinyadalam bidang militer. Hal ini memperlihatkan kesungguhan pemerintah Indonesia untuk membebaskan wilayah Irian Barat dari tangan Belanda dengan kekuatan senjata. Tepat pada tanggal 19 Desember 1961 di Jokyakarta Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang mengeluarkan Trikomando Rakyat ( Trikora ) yang berbunyi sebagai berikut :


TRI KOMANDO RAKYAT

Kami, Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia dalam rangka politik komfrontasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat telah memberikan intruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugas kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda..

Dan kini oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme ditanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, yang juga berada didaerah Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut :
Gagalkan pembentukan Negara Papua buatan Belanda Kolonial.

Kibarkanlah sang Merah Putih di Irian Barat tanah Air Indonesia.

Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Semoga Tuhan Yang Esa memberkati perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Yokyakarta,19 Desembner 1961
Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/Pemimpin Besar
Revolusi Indonesia/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat

S O E K A R N O

Dalam rangka persiapan pemekaran Wilayah Irian Jaya menjadi beberapa Propinsi pada Pelita IV, Kota Manokwari telah ditetapkan sebagai Pusat Pembantu Gubernur Wilayah II, yang meliputi : Kabupaten Dati II Manokwari Sorong, Teluk Cendrawasih dan Yapen Waropen.

Dipilihnya Kota Manokwari sebagai Pusat Pembantu Gubernur Wilayah II, karena fakta sejarah dimana Kota Manokwari adalah merupakan kota pertama masuknya Injil di Irian Jaya dan juga merupakan kota Pemerintahan pertama di Irian Jaya.

Dalam upaya membangun kota Manokwari agar sesuai dengan RIK ( Rencana Induk Kota ) diupayakan pula untuk mewujudkan kota Manokwari menjadi Kota yang BERSEJARAH ( Bersih, Sehat, Jaya, Rapi, Aman dan Hidup ).

Sumber :
Monografi Pemerintah Kab.Dati II Manokwari 1990, dalam :
http://papuabaratnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=64:sejarah-kabupaten-manokwari&catid=48:sejarah&Itemid=69

Kabupaten Manokwari Masuki Tahun Agribisnis 2012

Untuk mempercepat kemajuan perekonomian dan kehidupan masyarakatnya, Bupati Morowali di Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, menyatakan akan menjadi wilayahnya "Daerah Agribisnis" pada tahun 2012.

"Mulai tahun 2009 kami akan menyiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan konsep itu," kata Anwar Hafid di Palu, Ahad.

Dia menyebutkan, salah satu contoh persiapan menuju tahun Agribisnis tersebut adalah dengan membuat kurikulum pendidikan yang mengarah ke pertanian, sehingga lulusan dari sekolah kejuruan dan perguruan tinggi bisa segera menerapkan ilmunya di lapangan.

Kabupaten Morowali selain dikenal sebagai daerah penghasil aneka bahan tambang, juga memiliki potensi pertanian yang besar karena penghasil kelapa sawit, kakao, kopra, cengkih, dan hasil perikanan.

Karena itu, kata Bupati Hafid, segala pembangunan di daerahnya ke depan akan diarahkan menuju ke Agribisnis, namun tidak mengesampingkan tujuan lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.

Selain itu, lanjut dia, Kabupaten Morowali terus menggencarkan pembangunan infrastruktur perekonomian, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, kelistrikan, dan telekomunikasi, guna memwujudkan program Daerah Agribisnis 2012.

Ia juga mengatakan, penyusunan tata ruang kota Bungku sebagai ibukota Kabupaten Morowali, akan diprioritaskan pengerjaannya dan dilakukan secara bertahap, agar pembangunan kota ini ke depan bisa ramah lingkungan serta memberikan akses yang mudah untuk pengembangan semua sektor.

"Penataan tata kota Bungku itu membutuhkan dana sekitar Rp30 miliar bersumber dari APBN dan diperkirakan selesai hingga 2010," katanya.

Pemkab Morowali juga sedang menyiapkan pembangunan lapangan terbang untuk mempermudah transportasi, sebab selama ini dikeluhkan oleh banyak investor yang akan menanamkan modal.

Morowali merupakan kabupaten di bagian tenggara paling Provinsi Sulawesi Tengah yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Dengan aneka potensi sumber daya alam yang dimiliki, Pemkab Morowali yakin bisa mengembangkan daerahnya menjadi kabupaten terkaya di Provinsi Sulteng dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

Luas daratan Kabupaten Morowali yang memiliki 13 kecamatan itu mencapai lebih 15.490,12 km persegi atau sekitar 22,7% dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.

Berdasarkan catatan Pemkab Morowali, sektor paling dominan dalam menggerakan roda perekonomian di kabupaten itu dewasa ini adalah sektor pertanian dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 67,9%.

Sub-sektor kehutanan paling besar menyumbang PDRB yakni 17,7%, sub-sektor perkebunan 15,8%, dan sub-sektor perikanan 7%, disusul sektor jasa 10%, sektor perdagangan 9,9%, dan sektor industri pengolahan 3,7%. (kpl/erl)


Sumber :
http://www.kapanlagi.com/h/0000263060.html
23 November 2008

Ditemukan 160 Jenis Burung di Cagar Alam Teluk Bintuni



Para peneliti World Wild Fund (WWF) menemukan 160 jenis burung dan 39 jenis mamalia serta buaya air tawar dengan tingkat populasi cukup tinggi di Cagar alam Teluk Bintuni, Irian Jaya Barat.

"Cagar alam teluk bintuni seluas 4.500 hektar sebagian besar terdiri atas hutan bakau (mangrove) yang merupakan habitat utama tempat berkembang biaknya buaya air tawar, udang dan berbagai jenis ikan," kata Aktivis WWF Manokwari, Robert Mandosir kepada pers di Manokwari, Senin.

Dikatakannya, habitat kering berkembang biak puluhan jenis burung Maleo dan Cenderawasih, yang diburu secara kejam oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Mandosir, dengan ditetapkannya Kawasan Teluk Bintuni sebagai areal cagar alam, maka sudah saatnya kawasan tersebut tertutup untuk kegiatan yang tidak terkait dengan aspek konservasi.

Data WWF menyebutkan di Tanah Papua terdapat 18 cagar alam diantaranya cagar alam pegunungan Arfak yang memiliki enam jenis kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera) yang paling indah di dunia dan aneka jenis kelelawar.

Menurut aktivis itu cagar alam Teluk Bintuni sejak dulu mendapat perhatian serius beberapa negara di dunia, yakni Jepang, Korea, China, Philipina, Inggeris, Belanda pada sektor perikanan dan hutan bakau yang merupakan tempat mencari makan aneka jenis udang, kepiting, ikan serta buaya.

Untuk itu pihak WWF sejak dulu melakukan penelitian guna mengumpulkan data secara lengkap dan akurat tentang populasinya. Kawasan tersebut merupakan tempat populasi buaya air tawar

(Corocodylus Prosus) terpadat di Indonesia, sedangkan di cagar alam pedunungan Arfak para peneliti WWF menemukan sebuah goa kuno diperkirakan berusia ribuan tahun.

Gua itu memiliki panjang sekitar 900 meter terbagi dalam dua lubang dengan tiga pintu masuk.

Gua itu mendapat perhatian peneliti karena didalamnya terdapat sarang puluhan jenis kelelawar yang hidup di sekitar kawasan cagar alam pegunungan Arfak, beberapa jenis diantaranya membantu tanaman di daerah ini terutama penyerbukan.

Untuk itu, gua tersebut harus dilindungi dari ancaman kepunahan, terutama untuk melindungi jenis kelelawar buah (Subroto megehirotera), jenis ini memiliki prosentase tertinggi dari populasi mamalia di hutan tropis basah yang menguntungkan masyarakat petani.

Data WWF menunjukan, kelelawar pegunungan Arfak sangat tergantung pada goa selama masa krisis dalam siklus hidupnya, sehingga kawasan ini sejak dulu ditetapkan menjadi suaka margasatwa migima dengan luas yang diusulkan 3.800 hektar.

Dalam gua tersebut berdiam sekitar 1.000 ekor kelelawar jenis Rhinolophidus Eutyotis Temidus dan tiga spesies dari Genus Miniopterus Magnater, Miniopterus Pisillus Macroceneme dan Miniopterus Schreibersii Oceanis serta sejumlah Arthropoda dan serangga.

Untuk melindungi satwa ini dari ancaman kepunahan akibat perburuan liar secara tak terkendali oleh masyarakat pihak WWF beberapa tahun lalu telah memasang jeruji besi pada pintu masuk gua yang hanya bisa dibuka petugas WWF dan BKSDA Manokwari.

Pemasangan pintu gua tersebut sudah diperhitungkan tidak akan mempengaruhi suhu di dalam gua sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup dan populasi mamalia itu, katanya.

Pintu gua dengan sistem jeruji besi dirancang sesuai kondisi alami sehingga dengan mudah satwa langka ini bisa bergerak dengan bebas dan didunia hanya ada di Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia (Pegunungan Arfak-Manokwari).

Pada bagian atas pintu gua masuk tidak dipasang jeruji, karena menjadi ruang untuk kelelawar keluar masuk gua mencari makan terutama jenis Dobsonia dan Rousettus yang bebas terbang. (*/erl)

Sumber :
http://www.kapanlagi.com/h/0000075288.html
1 Agustus 2005

Sumber Gambar:
http://thinkquantum.wordpress.com/2009/12/09/contoh-fauna-khas-daerah/
http://maleo.wordpress.com/

Profil Kabupaten Telukbintuni


Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat yang beribukota di Distrik Bintuni dengan luas wilayah 18.637 Km2. Secara administratif, terbagi menjadi 10 Kecamatan dan 97 Kelurahan. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Afiat timur Kabupaten sorong Selatan, Kecamatn kebaar, Testegea, Menyambaou, dan Sururey Kabupaten Manokwari di sebelah utara, Kecamatan Kaimana dan Kecamatan teluk Arguni Kabupaten Kaimana dan Distrik Kokas Kabupaten Fakfak di sebelah selatan, Kecamatan Kokoda dan Kecamatan Afiat timur Kabupaten Sorong Selatan di sebelah barat, Kecamatan Ransiki Kabupaten Manokwari, kecamatan Wamesa, serta Kecamatan Wasior Kabupaten Teluk Wondama dan Kecamatan Yaur Kabupaten Nabire di sebelah timur.

Teluk Bintuni mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, perekonominan Teluk Bintuni bertumpu pada bidang pertanian khususnya kehutanan, Dari hutan produksi, diperoleh kayu bernilai ekonomis. Yang dominan antara lain merbau, matoa, nyatoh, pulai, mersawa, resak, medang, dan bintangur. Oleh perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan, produksi kayu bulat diekspor ke Jepang, Malaysia, dan Korea. Hutan Teluk Bintuni juga menghasilkan sagu, sagu merupakan bahan makanan pokok di daerah ini, Selain kayu bulat dan sagu, juga dihasilkan gaharu, rotan, minyak lawang, dan masoi. Masoi adalah kulit kayu sebagai bahan wangi-wangian. Di sektor perkebuan komoditi utama yang dihasilkan berupa kelapa sawit, kakao, cengkeh, kelapa, kopi robusta.

Perut bumi Teluk Bintuni terbilang kaya akan bahan tambang dan galian, Hampir seluruh kawasan mengandung gas alam cair (LNG), hasil tambang lainnya berupa batu bara, mika. Potensi sumber daya alam Teluk Bintuni tidak hanya di daratan, Perairan kabupaten merupakan sumber daya ikan dan udang galah. Dengan potensi yang dimiliki ditunjang letak geografis yang strategis, Kabupaten Teluk Bintuni sangat mungkin menjadi pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah kepala burung ini. Dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini juga telah terdapat Bandara Bintuni yang trletak di Bintuni dan Pelabuhan Babo.

Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/displayprofil.php?ia=9224

Kabupaten Teluk Wondama Menanti Investor Pariwisata


Tidak bisa disangkal bahwa Kabupaten Teluk Wondama merupakan primadona pariwisata Indonesia masa depan. Banyaknya lokasi tujuan wisata di Teluk Wondama bisa dijadikan obyek pariwisata andalan para turis asing maupun lokal. Sebut saja daerah konservasi Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasi (TNLTC) yang membentang dari Timur Semenanjung Kwatisore sampai bagian Utara Pulau Rumberpon dengan panjang pantai kurang lebih 500 meter dan luas daratan 68.000 hektar.

Keanekaragaman flora dan fauna, pemandangan alam khas Papua, baik di laut maupun di darat merupakan nilai lebih untuk dijadikan obyek-obyek wisata primadona bagi pelancong/turis kelas dunia. Selain itu di kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Manokwari memiliki kekayaan budaya, kultur dan sejarah. Tentu bagi turis-turis yang menginginkan kolaborasi wisata sedemikian lengkapnya tidaklah berlebihan untuk dapat berkunjung ke Teluk Wondama.

Sekilas Tentang Kabupaten Teluk Wondama

Dengan semangat otonomi daerah yang didasari pada UU No.26 Tahun 2002 pada tanggal 12 April 2002 Teluk Wondama resmi tercatat sebagai sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten Manokwari. Selain Kabupaten Teluk Wondama, ada juga hasil pemekaran kabupaten Manokwari yakni kabupaten Teluk Bintuni. Teluk Wondama memiliki luas kurang lebih 5000.M2 dengan jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa.

Suku asli disana adalah suku Wamesa 90% dan 10% pendatang dari Jawa,Sulawesi serta beberapa dari daerah lainya di Indonesia. Penduduk asli umumnya berprofesi sebagai nelayan, petani, peramu dan pendatang rata-rata sebagai pedagang. Gerbang utama Kabupaten Teluk Wondama adalah Wasior. Jarak dari ibukota Propinsi Manokwari kurang lebi110 mil laut. Dan saat ini untuk menjangkaunya masih menggunakan transportasi udara dan laut.

Namun aksesibilitas di kabupaten Teluk Wondama mulai menampakan hasil yang menggebirakan oleh karena pihak Pelni telah menjadwalkan rute Manokwari - Teluk Wondama dengan kapal KM Dorolonda dan KM Labobar. Sementara untuk transportasi darat dari Manokwari sementara dikerjakan dan diharapkan selesai pada tahun.... Sebagai daerah otonom baru, diperlukan strategi mempercepat proses pembangunan wilayah ini.

Berdasarkan karakteristik, potensi, dan kondisi umum wilayah, daerah Teluk Wondama dibagi dalam empat pusat wilayah pembangunan. Daerah itu adalah Wasior Selatan, Wasior Utara, Wasior, dan Windesi. Wilayah pembangunan Wasior Selatan meliputi Dataran Wosimi dan Inyora di Distrik Wasior Selatan dan Wasior Barat. Wilayah yang memiliki luas lahan potensial sekitar 40.000 hektar ini diarahkan bagi pengembangan perikanan laut, budi daya tambak, pertanian, perkebunan skala kecil dan skala besar. Di daerah ini disediakan lahan 30.000 hektar untuk perkebunan besar pola perkebunan inti rakyat (PIR).

Potensi Hasil Hutan, Perkebunan dan Laut

Boleh dikata Kabupaten Teluk Wondama masih menyimpan kekayaan alam kususnya di hutan dan laut yang belum terjama sama sekali. Selain memiliki hutan Sagu ,banyak ditemukan berbagai jenis tanaman yang sering dipergunakan untuk produksi obat-obatan seperti Gaharu, kayu berkualitas tinggi Merbau.

Sementara itu kabupaten ini memiliki iklim dan lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan , sayuran dan buah-buahan serta budidaya ikan air tawar maupun tambak udang dan sebagainya. Untuk potensi hasil laut masih sangat kaya akan berbagai jenis ikan seperti tuna, ikan pelagis,demersal, teripang dan lobster. apalagi nelayan di Teluk Wondama umumnya masih sangat tradisional dengan hanya menggunakan jenis perahu sehingga boleh dikata kekayaan lautnya dapat dijamin terjaga hingga kini.

Eksotisme Potensi Pariwisata Teluk Wondama

Sungguh hanyalah impian bagi sebagian pelancong kelas duniapun untuk menikmati secara langsung keindahan air terjun yang berada ditebing pantai. Mengapa ? Karena memang pemandangan demikian sangalah jarang dibelahan bumi ini. Jika ada mungkin sangat sulit untuk dijangkau. Apalagi jika sekaligus ingin menikmati pemandangan lainnya seperti melihat ikan paus dan lumba-lumba bermain beriringan membentuk barikade hanya dekat-dekat pantai, atau pula jika ingin menikmati hangatnya air panas alami dan air terjun serta masuk ke goa dalam air, melihat berbagai jenis burung elang dan kelelawar beterbangan serta menikmati alam bawah laut yang memesona. Luar biasa demikian jika memang ada! Kini ”harta karun” itu telah ditemukan namanya Teluk Wondama.

Tentu bagi pelancong-pelancong kawakan akan berlomba mencari dimanakah gerangan Teluk Wondama itu! Oleh karenanya sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan di kabupaten ini. Keanekaragaman flora dan fauna, serta pemandangan alam yang sangat indah, unik dan khas, baik di darat maupun bawah laut, sangat potensial bagi pengembangan wisata alam maupun wisata bahari. Selain itu Teluk Wondama memilki keunikan kultur budaya, adat-istiadat masyarakat asli serta beberapa peninggalan sejarah masa lalu potensial untuk menarik wisatawan berwisata budaya dan sejarah.

Potensi kepariwisataan di Kabupaten Teluk Wondama, antara lain: menikmati keindahan pulau-pulau dan pantainya; pengamatan burung dan kelelawar; pengamatan ikan paus dan lumba-lumba, wisata mangrov, menikmati sumber air panas dan air terjun, diving-snorkling, pengamatan terumbu karang, dan keindahan alam bawah laut lainnya serta goa dalam air pada kedalaman 100 kaki, pengamatan budaya masyarakat dan sejumlah peninggalan abad 19 yang bisa dijumpai di beberapa tempat (Windesi, Wasior) dan gereja tua di Yende dengan Kitab Suci terbitan tahun 1898, serta goa peninggalan suku Biak Numfor yang terdapat tengkorak manusia dan piring-piring antik serta peti berukit.

Bupati Teluk Wondama Drs. Albert H. Torey menyadari bahwa harus diperlukan langkah-langkah strategis untuk melakukan percepatan pembangunan di Teluk Wondama oleh karenananya pemerintah sangat mengharapkan adanya investor bisa masuk dan menanamkan modalnya bukan saja di sektor pariwisata namun juga dibeberapa sektor lainya seperti perkebunan, pertambangan maupun kelautan. Pemerintahannya akan menjamin segalah kemudahan dan pelayanan bagi investor.

Sumber :
Fredy Tewu
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Kabupaten+Teluk+Wondama+Menanti+Investor+Pariwisata&dn=20080421160211
21 April 2008

Profil Kabupaten Kaimana


Kabupaten Kaimana merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat yang memiliki luas wilayah 18.500 Km2, daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di sebelah utara, Laut Arafura di selatan, Kabupaten Fakfak di barat, dan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Mimika di timur. Secara geografis terletak di 02o90 -04o20 LS dan antara 132o75 -135o15 BT, secara administratif terbagi menjadi empat Kecamatan.

Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, Kaimana terkenal dengan hasil lautnya, posisinya yang strategis di bagian selatan Provinsi Papua dan berhadapan langsung dengan Laut Arafuru sangat menguntungkan dari sektor perikanan dan kelautan, terutama perikanan tangkap. Potensi perikanan laut kawasan ini cukup tinggi. Tidak mengherankan bahwa perikanan merupakan salah satu unggulan daerah ini. Jenis kekayaan laut antara lain tuna, cakalang, tenggiri, teri, teripang, udang windu, kerang mutiara, penyu, hiu, tiram, serta semua jenis ikan karang. Komoditas unggulan hasil laut, yakni lobster, dihasilkan di Teluk Etna. Umumnya, penangkapan lobster oleh masyarakat secara tradisional menggunakan alat tangkap bubu. Namun, di Kecamatan Kaimana terdapat perusahaan penangkapan dan penampungan lobster. Komoditas unggulan lainnya adalah udang penaeid, seperti udang windu dan udang putih, banyak terdapat di Teluk Etna, Teluk Arguni, dan Kaimana.Selain usaha penangkapan ikan dan udang yang telah berjalan, perairan di Kaimana juga menyimpan potensi budidaya perikanan laut. Hamparan hutan bakau sangat sesuai dijadikan areal pertambakan udang atau ikan laut komersial lainnya. Daerah potensial ini tersebar di Teluk Etna, Kaimana, Teluk Arguni, dan Buruway. Untuk budidaya tambak, hutan bakau yang terjaga menyuplai benih maupun induk. Umumnya, usaha perikanan dilakukan perusahan-perusahaan besar, sedangkan masyarakat sebagian besar (40,9 persen) menggantungkan hidup dari bercocok tanam.

Komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani umumnya adalah padi, jagung, ketela, ubi rambat, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai. Potensi yang dimiliki tidak saja di sektor pertanian dan perikanan, tetapi juga sektor perkebunan dan kehutanan. Kegiatan perkebunan dikembangkan di Kecamatan Buruway, yakni kelapa sawit, kelapa, dan kakao. Kondisi fisik kecamatan cocok untuk pengembangan komoditas kelapa dan kakao. Sementara Kecamatan Teluk Etna terkenal dengan kekayaan hutan. Berbagai jenis kayu dengan nilai ekonomis tinggi terdapat di daerah ini, seperti pala hutan, kayu gaharu, kayu masohi, cinnamomum culilawan, dan binuang. Kayu gaharu dapat berfungsi sebagai bahan krim kue dan parfum, kayu masohi sebagai bahan parfum, dan cinnamomum culilawan sebagai bahan minyak lawang. Minyak lawang asal Kaimana terkenal sejak dulu.

Topografi daerah Papua yang dipenuhi hutan lebat, gunung, dan lembah tak memungkinkan dibukanya jalan darat dengan cepat. Demikian pula di Kaimana, topografi berteluk- teluk sehingga lebih mengandalkan transportasi air sebagai sarana perhubungan antarkecamatan. Tak heran di setiap kecamatan di Kaimana terdapat dermaga meskipun sederhana dan terbuat dari kayu, perekonomian di Kaimana umumnya digerakkan melalui perhubungan laut dan udara. Di Kaimana sudah terdapat Bandara Utarom yang terletak di Kaimana dan Pelabuhan Kaimana.


Sumber Data:
Irian Jaya Barat Dalam Angka 2006
BPS Prov. Irian Jaya Barat

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=9221

Sumber Gambar:
http://www.yaswarau.com/extended/galeriayaswarau/Panorama--senja_kaimana.jpg.html

Sekelumit tentang Kabupaten Kaimana

Pengantar

Kabupaten Kaimana merupakan kabupaten hasil pemekaran wilayah Kabupaten Fakfak. Kabupaten ini pernah diabadikan dalam sebuah lagu yang menceritakan keindahan senja di Kaimana. Memang jika ditilik dari letak geografis dan bentuk wilayahnya terlihat indah dan masih banyak sekali potensi yang belum tergali secara maksimal. Berikut ini sedikit gambaran mengenai kondisi masyarakat yang berada di kabupaten Kaimana.
Kondisi Masyarakat

Adat istiadat di Kabupaten Kaimana yang oleh karena letaknya yang strategis sebagai tempat persinggahan (transit) telah mendapat pengaruh budaya dari luar (interaksi sosial) sehingga nilai-nilai adat asli daerah ini telah terakulturasi oleh nilai-nilai budaya sekitar.

Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan pedalaman belum banyak dipengaruhi oleh interaksi dari luar, sedangkan penduduk daerah pesisir telah banyak mendapat pengaruh tersebut melalui perkawinan, seni musik/ tari maupun cara berbusana.

Kondisi sosial ekonomi penduduk wilayah Kabupaten Kaimana umumnya bergerak dalam bidang perikanan dan pertanian yang sifatnya subsistem, perkebunan tradisional, buruh bangunan dan buruh pelabuhan. Sedangkan dunia usaha umumnya ditekuni oleh penduduk asal bugis, jawa, dan WNI keturunan. Dengan berhembusnya arus reformasi maka telah pula diberdayakan sejumlah putra daerah asli Kaimana untuk menekuni bidang leveransir dan developer.

Secara umum, kondisi ekonomi penduduk di kampung-kampung maupun di kota Kabupaten Kaimana bersifat usbsistem yaitu sebagai petani maupun nelayan, artinya hasil produksi pertanian maupun perikanan umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara terbatas dan konsumtif, sebagian kecil penduduk lainnya menekuni lapangan pekerjaan sebagai PNS, pedagang, buruh bangunan dan pelabuhan serta sektor informal lainnya.

Mata pencaharian penduduk di wilayah Kabupaten Kaimana umumnya pada sektor pertanian, perikanan, perdagangan, jasa. Sektor pertanian dan perikanan masih bersifat tradisional. Sedangkan dunia usaha umumnya ditekuni oleh penduduk asal bugis, jawa dan Warga Negara Indonesia Keturunan. Dewasa ini telah diberdayakan sejumlah putera daerah untuk menekuni bidang leveransir dan developer.

Secara umum, kondisi ekonomi penduduk ppedesaan hingga saat ini masih bersifat tradisional (pertanian dan perikanan), artinya hasil produksi pertanian dan perikanan umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara terbatas, sedangkan penduduk perkotaan di Kabupaten Kaimana sebagian lainnya menekuni lapangan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Buruh bangunan dan pelabuhan serta sektor informal lainnya.

Komposisi pemeluk agama di Kabupaten Kaimana terlihat cukup beragam yakni Islam, Kristen Portestan, Katholik, Hindu dan Budha. Kondisi kerukunan dan toleransi umat beragama berjalan baik yang tidak didapati di wilayah Indonesia lainnya.

Suasana keamanan dan ketertiban di Kabupaten Kaimana terbilang rentan, hal ini dikarenakan arus transportasi yang begitu luas dan terbuka. Posisi wilayah yang strategis, mudah disinggahi oleh warga masyarakat lain dari luar Kabupaten Kaimana. Produksi minuman beralkohol secara tradisional mengakibatkan terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat dan berdampak pada perbuatan tindak kriminal secara umum. Kondisi ini sangat menganggu bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tentram dan damai.

Kecenderungan meningkatnya angka kriminalitas di Kabupaten Kaimana tidak lepas dari masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap hukum, minimnya aparat penegak hukum serta kondisi wilayah yang sulit untuk di jangkau sehingga menyulitkan dalam menciptakan ketertiban dan keamana masyarakat.

Berikut ini di ungkapkan analisa potensi dari Sumber daya manusia serta kondisi sosial budaya di Kabupaten Kaimana
1. Sumber Daya Manusia

Kekuatan

Jumlah penduduk Kabupaten Kaimana yang cukup besar merupakan sumber daya manusia yang potensial untuk dikembangkan dan diberdayakan

Kelemahan

Dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kaimana, kelemahan yang di hadapi adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh terbatasnya prasarana penunjang pendidikan yang layak, kualitas dan kuantitas tenaga pengajar yang belum memadai serta disiplin dan etos kerja yang rendah.

Peluang

Arus transportasi yang terbuka memunculkan peluang dalam pengembangan sumber daya manusia untuk berkompetisi dalam persaingan bebas dalam segala aspek kehidupan.

Tantangan

Dampak dari rendahnya sumber daya manusia yang dimiliki mengakibatkan daya saing yang rendah sehingga memungkinkan masuknya tenaga kerja profesional dari luar dan menyebabkan tersingkirnya tenaga kerja lokal.
2. Kondisi Sosial Budaya

Kekuatan

Sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah yang tersedia di Kabupaten Kaimana untuk menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar. Keterseiaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar sangat membantu para tenaga medis dan paramedis dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Nilai-nilai kearifan dari adat-istiadat tiga suku besar di wilayah Kabupaten Kaimana merupakan kekuatan yang perlu terus dibina dan dikembangkan.

Kelemahan

Masih tingginya angka putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah sebagai akibat dari kurangnya kesadaran orang tua murid dan anak didik terhadap pentingnya pendidikan, serta lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, jumlah tenaga oendidik yang kurang dan penyebarannya tidak merata, dan rasio guru dan jumlah kelas yang tidak seimbang. Hal ini tercermin dari keberadaan SLTP/SMU/ SMK yang hanya terdapat di daerah perkotaan, menyebabkan angka putus sekolah cukup tinggi

Kondisi pelayanan kesehatan apabila diperhatikan ternyata jumlah terbesar tenaga dokter berada di perkotaan, sedangkan sebagian puskesmas-puskesmas pembantu tidak memiliki tenaga bidan atau perawat lainnya (Kamaka, Lobo, Bahumia dan Ubia Sermuku)

Peluang

Adanya kewennangan pemerintah yang memberikan perhatian pada bidang pendidikan, menunjukkan bahwa aspek pendidikan sudah lebih diperhatikan dibidang masa sebelumnya. Kewenangan daerah untuk menyelenggarakan pendidikan pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan patut direspon secara baik. Porsi yang sama juga diberikan pada sektor kesehatan, menunjukkan bahwa begitu besar kepedulian dan keberpihakan [emerintah terhadap masyarakat dalam kerangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tantangan

Pengaruh globalisasi tidak saja menjadi peluang, tetapi juga merupakan tantangan dimana dan beresiko terhadap terjadinya interaksi sosial semakin meningkat dalam sistem kehidupan masyarakat yang multi etnik, multi kultur, multi keagamaan dan multi kedaerahan (masyarakat majemuk/ Plural Societies). Salah satu aplikasi serius dari semakin intensifnya interaksi sosial berakibat pada proses penularan penyakit menular seksual (HIV/AIDS). Disamping itu terjadi pula proses pelemahan/ pelunturan kearifan budaya lokal akibat pengaruh budaya luar yang negatif dan atau kurang menguntungkan.
Suku-suku di Kabupaten Kaimana


Kabupaten Kaimana sebagai sebuah kabupaten baru mempunyai banyak sekali sub suku yang mempunyai ciri khas yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini merupakan suatu potensi yang cukup besar terutama dari sisi peningkatan sumber daya manusia.Berikut ini diungkapkan beberapa sub suku yang ada di Kabupaten Kaimana.

Buruwai

Orang Buruwai atau Karufa berada di bagian selatan semenanjung Bomberai, bagian barat Teluk Kamrau. Daerah mereka termasuk ke dalam wilayahkabupaten Kaimana. Daerah mereka antara lain Guriasa, Tairi, Hia, Gaka, Yarona, Kuna, Esania dan Marobia. Populasi mereka sekitar 700 jiwa (tahun1997). Nama lainnya Asienara, Madidwana

Irahutu

Orang Irahutu atau Irarutu mendiami bagian timur semenanjung Bomberai, di kepala burung Irian, mulai dari sebelah barat daya teluk Arguni sampai ke utara ke teluk Bintuni. Pemukiman mereka tersebar di 40 buah desa dengan jumlah populasi sekitar 4.000 jiwa. Bahasa mereka termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Daerah mereka sendiri berada dalam wilayah Kabupaten Manokwari, sebagia berada di Teluk Arguni. Desa mereka antara lain Manggera, Kupriai, Warmenu, Egerwara, Wararoma, Temia, Warafuta dan Rauna.

Iresim

Suku bangsa ini mendiami daerah pesisir selatan teluk Cendrawasih, yaitu di sebelah barat kota Nabire, dan di dekat danau Yamur. Daerah tersebut berada dalam wilayah distrik teluk Etna, Kabupaten Kaimana. Jumlah populasinya sekitar 100 jiwa. Bahasa mereka termasuk dalam kelompok bahasa Wurm-Hatori (sub-kelompok bahasa teluk Cendrawasih) dari rumpun bahasa Papua.

Kambrau

Orang Kambrau atau Kamberau atau Lambrau berdiam di semenanjung Bomberai sebelah tenggara, di sekitar teluk Kamberau. Desa-desa mereka adalah Ubia Seramuku, Bahomia, Inari, Tanggaromi, Koi, Wamesa dan Coa do wilayah distrik Kaimana dan Distrik Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana. Jumlah Populasinya 9000 jiwa. Bahasa mereka masih satu kelompok dengan bahasa Kamoro dan Asmat.

Kamoro

Ada banyak pendapat berkenaan dengan suku bangsa ini, pertama menganggap bahwa Kamoro sama dengan Mimika, kedua, orang Kamoro adalah sub-kelompok suku Mimika. Ketiga, Kamoro adalah kesatuan bahasa daerah. Mereka mendiami daerah pantai selatan Irian Jaya yang berawa, kira-kira disebelah barat laut wilayah orang Asmat, tepatnya ddi wilayah Mimika Timur dan Mimika Barat. Nama lain mereka adalah Lakahia, Nagramadu, Kaokonau, Umari, Neferipi, Maswena.

Sebagai bagian dari kelompok suku bangsa Mimika, orang Kamoro mendiami wilayah bagian barat dekat teluk Etna, jumlah populasi mereka sekitar 8.000 jiwa. Desa mereka antara lain Tarja, Kamora, Wania, Mukumuga


Koiwai

Orang Koiwai atau Namatote mendiami daerah pesisir selatan Irian Jaya, yaitu di bagian selatan Leher Burung Irian, tepatnya di sebelah barat laut di Kaimana terus ke tenggara ke Maimai. Sebagian lagi mendiami pulau Namatote dan pulau-pulau keil lain di teluk Kamrau. Desa-desa mereka adalah, Keroi, Namatota, Waikala, Namatote, Kayumerah dan Maimai. Daerah ini termasuk dalam distrik Kaimana dan Teluk Etna. Jumlah populasi mereka sekitar 700 jiwa. Nama lain mereka adalah Kaiwai, Kuiwai Koiwai, Namatota Aiduma, Kayumerah.

Mairasi

Suku bangsa Mairasi menddiami daerah di sekitar teluk Arguni, sampai ke teluk Triton (Etna) dan teluk Wandamen timur laiut, di daerah Leher Burung Irian. Daerah mereka masuk ke dalam kabupaten Kaimana terutama di distrik Kaimana dan Teluk Etna serta sebagian masuk di daerah Kabupaten Manokwari. Jumlah populasi mereka 3.000 jiwa. Kata Mairasi berarti “asli”, bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa Papua. Desa mereka adalah Morano, Faranyao, Sisir, Lobo, Susunu, Warika, Kokoroba, Barari, Urisa, dan Maimai. Nama lain mereka adalah Kaniran, Faranyao.

Mer

Orang Mer tinggal di daerah bagian tengah Kepala Burung Irian, yaitu di sekitar mata air Wosimi dan hulu sungai Urema. Daerah tersebut termasuk dalam wilayah Distrik Teluk Etna dan Kabupaten Manokwari. Jumlah populasi mereka sekitar 200 jiwa. Desa-desa mereka antara lain Ure atau Muri dan Javor. Nama lain mereka Muri atau Miere

Mor

Suku bangsa kecil ini berdiam di sekitar daerah timur laut semenanjung Bomberai, yaitu di pantai selatan Teluk Bintuni. Daerah in termasuk ke dalam wilayah Distrik Kaimana. Populasinya sekitar 100 jiwa. Desa mereka Tomage.

Semimi

Orang Semimi meniami daerah bagian selatan Leher Burung Irian Jaya, yaitu sekitar Teluk Etna, sampai ke Teluk Triton. Daerah mereka termasuk wilayah Distrik Teluk Etna. Jumlah populasi mereka sekitar 300 jiwa.

Penduduk asli di Kabupaten Kaimana secara umum mengembangkan pola usaha tani tanaman ubi-ubian, diikuti dengan kegiatan mengumpulkan hasil hutan, berburu ataupun menangkap ikan. Disamping itu masih terdapat penduduk yang melakukan sistem perladangan berpindah.

Pola konsumsi pangan yang masih membudaya dikalangan penduduk asli adalah makanan sehari-hari berupa ubi-ubian dan sagu, namun dilain sisi ternyata sagu dan ubi-ubian sudah mulai tergeser oleh jenis makanan lain yaitu beras. Hal ini ditunjang oleh adanya fasilitas-fasilitas perdagangan yang menjual 9 bahan kebutuhan pokok penduduk. Selain itu karena semakin terbukanya daerah ini dari daerah luar.

Dengan melihat kelompok-kelompok etnis ini diharapkan dalam setiap kegiatan pembangunan di Kabupaten Kaimana dapat dijadikan sebagai latar belakang dan dasar untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang berkaitan langsung dengan kelompok masyarakat tersebut. Disamping itu di Kabupaten Kaimana terdapat minoritas penduduk yang berasal dari berbagai daerah dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, misalnya keberadaan suku Bugis, Jawa, Cina dan lain sebagainya. Keberadaan mereka perlu juga menjadi pertimbangan, karena mereka sudah sejak lama bermukim bahkan ada yang lahir dan mati di Kabupaten Kaimana.

Sumber :
Arif Wibowo
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/05/12/sekelumit-tentang-kabupaten-kaimana/
12 Mei 2009

Profil Kabupaten Fak-Fak


Wilayah Fakfak dengan luas 14.320 Km2 merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Irian Barat yang beribukota di Kota Fakfak, secara geografis terletak di 131o30 -138o40 BT dan antara 2o25 - 4o00 LS, daerah ini berbatasan langsung dengan Teluk Bintuni di sebelah utara, Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana di sebelah selatan, Laut Seram dan Teluk Berau di sebelah barat, Kabupaten Kaimana di sebelah timur. Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi empat Kecamatan.

Kabupaten Fakfak ini dikenal dengan Kota Pala karena kaya akan hasil buah palanya. Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan terutama disektor pertambangan, hasil tambang utamannya berupa emas dan dan tembaga yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia, kegiatan pertambangan memberikan konstribusi yang terbesar dalam perekonomian Fakfak.

Untuk sektor pertanian masih menjadi andalan daerah ini dengan wilayah yang 80% berupa hutan ini pemanfaatannya bernilai ekonomis yang bernilai cukup besar, terdapat hasil hutan yang berupa kayu agatis, merbau, meranti, ketapang, mersawa, dan lainnya yang menggiatkan industri kayu lapis dan kayu bulat yang bertujuan ekspor, terdapat juga hasil hutan yang bukan kayu seperti kulit masoni, rotan, minyak kayu putih, gaharu, dan lawang. Di sektor perkebunan juga memiliki keunggulan, hasil perkebunan yang utama berupa tanaman kelapa, cengkeh, pala, kopi robusta, karet dan kakao.

Pertambangan yang ada di daerah ini masih dibanjiri oleh pendatang baik nusantara maupun mancanegara, sehingga terjadi penguasaan ekonomi oleh pendatang sedangkan penduduk setempat masih berkuta dengan pekerjaan berburu, berkebun dan menangkap ikan. Hal ini terjadi karena belum siapnya sumber daya manusia untuk bersaing demi pekerjaan yang lebih layak. Keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini juga telah Bandara Torea yang terletak di Fakfak, Pelabuhan Fakfak.

Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=9205

Mengenal Kabupaten Fak-Fak




Jika Anda pergi ke Papua Barat, jangan lupa mengunjungi Kabupaten Fak-Fak. Kabupaten Fak-Fak ini sudah berdiri selama kurang lebih 118 tahun, karena itulah Kabupaten Fak-Fak ini disebut sebagai kota perjuangan. Nah, selain itu ada hal yang menarik mengenai keadaan masyarakat di Kabupaten Fak-Fak ini, yaitu mengenai kerukunan beragamanya.

Soal kerukunan umat beragama, hal tersebut merupakan suatu hal yang tidak perlu ditanyakan dalam masyarakat di Kabupaten Fak-Fak. Tiga agama besar yang ada di Kabupaten Fak-Fak adalah Muslim, Katolik, dan Protestan. Dalam masyarakat di Kabupaten Fak-Fak, ada istilah satu tungku tiga batu.

Satu tungku tiga batu ialah istilah yang dipakai untuk menggambarkan bahwa di dalam satu keluarga, keanekaragaman dalam beragama itu merupakan hal yang biasa. Jadi, di dalam suatu keluarga, kerukunan tetap terjaga meskipun keyakinan mereka berbeda-beda.

Selain dikenal sebagai kota perjuangan, Kabupaten Fak-Fak juga dikenal sebagai kota pala, karena pala merupakan hasil komoditi yang dominan di kabupaten tersebut. Sebagai informasi, mata pencaharian yang dominan adalah sebagai nelayan. Biasanya mereka mencari ikan dan pasir dengan menggunakan kapal motor.

Mengunjungi Kabupaten Fak-Fak akan memberikan kenangan yang tak terlupakan dalam benak Anda. Menikmati pemandangan alam dan mengenal lebih dalam mengenai hal-hal menarik di kota perjuangan ini akan membuat pengalaman Anda semakin berkesan.





Keadaan kota Fak-Fak

(Foto oleh Vibizlife/Leonardus Tonny)
(LT/FJ)

Sumber :
http://vibizlife.com/travel_details.php?pg=travel&id=12832
27 Februari 2009